Just the way I am

Foto saya
Depok, West Java, Indonesia
Keyakinan... mengalahkan kehebatan akal. asal tau, siapa DIA yang diyakini. Mencintai keyakinan jauh lebih sulit daripada mencintai seorang manusia

Universitas Gunadarma

Studentsite Gunadarma

Rabu, 08 April 2009

Depok Tempo Doeloe, sekarang dan akan datang

Jalan panjang Cornelis Chastelein dari Amsterdam


Untuk menyambut HUT ke-9 Kota Depok pada 27 April nanti, mulai edisi ini tim liputan khusus Monitor Depok, yang terdiri dari Wenri Wanhar, Sudibyo, Mas Said dan Suci Dewi, akan menghadirkan tulisan berseri mengenai sejarah terbentuknya Depok hingga proyeksi kota ini ke depan. Tulisan ini disadur dari berbagai sumber dan hasil wawancara.

Membicarakan Kota Depok, sulit rasanya untuk berpaling dari sejarah panjang seorang Cornelis Chastelein. Ratusan tahun lalu, laki-laki kelahiran Amsterdam, Belanda, 10 Agustus 1657 ini, membangun perkampungan Depok bersama sekitar 120 budaknya yang dia bawa dari berbagai wilayah di Nusantara.

Para pekerja tersebut terdiri dari 12 marga, yaitu Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh. 12 Marga inilah yang akhirnya menjadi bagian dari cikal bakal perkembangan masyarakat Depok.

Pada usia 17 tahun, tepatnya 24 Januari 1674, bungsu dari delapan bersaudara in berlayar selama 223 hari dari negeri Belanda menuju Oost Indie [Indonesia—Red] dengan kapal Huys Te Cleef, dan bekerja sebagai Book Houder-Kamer XVII atau Kamar Dagang VOC.

Menginjak usianya yang ke-25 ditahun 1682, anak dari pasangan Anthony Chastelein [Prancis] dan Maria Cruydeneir [Dorderecht, Belanda] ini dipercaya VOC untuk menjabat Groot Winkelier der Oost Indische Compagnie.

Dalam perjalanan hidupnya, Cornelis bertemu Chatarina van Qualberg dan menikahinya. Pasangan ini dikaruniai seorang putra yang diberi nama Anthony Chastelein.

Di tahun 1691, Cornelis naik jabatan menjadi Twede Opperkoopman des Casteels Batavia dengan gaji 65 gulden.

Di tahun yang sama, Gubernur Jenderal Comphuys meletakan jabatan, dan digantikan Gubernur Jenderal van Outhoorn (1691-1704).

Hanya saja, politik dagang yang diterapkan Willem van Outhoorn rupanya tak sesuai dengan falsafah hidup dan prinsip-prinsip Chastelein. Dengan alasan kesehatan, Chastelein menyatakan mengundurkan diri dari VOC.

Usai mengundurkan diri dari VOC, tahun 1693 Cornelis membeli tanah yang sekarang berdiri Rumah Sakit Militer Gatot Subroto. Kemudian ia memperluas wilayahnya ke Pintu Air, Jakarta Pusat, sampai Bungur Besar, Senen Raya-termasuk Pasar Senen sekarang-sampai ke Kwitang dan sepanjang kali Ciliwung sampai Pintu Air lagi.

Di Senen Raya, tepatnya Gg Kenanga, dia mendirikan tempat tinggalnya yang cukup megah. Bangunannya dihiasi taman-taman yang indah dengan parit-parit di sekelilingnya.

Sedangkan daerah Kwini dijadikanmya kebun tebu, yang hasilnya merupakan bahan baku bagi pabrik gula miliknya yang dibangun di sekitar tempat itu juga-kira-kira di lokasi Departemen Luar Negeri sekarang.

Di Gang Kwini, Chastelein juga sempat membangun sebuah kebun binatang yang koleksinya memenuhi persyaratan, sehingga proyek itu dikenal sebagai kebun binatang pertama di Indonesia.

Secara keseluruhan, pada kawasan tersebut berdiri sejumlah bangunan megah yang dikelilingi taman bunga dan parit-parit. Penataannya menciptakan suasana tenteram, sehingga menimbulkan kenyamanan dan kepuasan. Suasananya inilah yang mengilhami nama Weltevreden. Nama inilah yang kini dikenal sebagai daerah Gambir.

Kabarnya, 15 Oktober 1695, Cornelis membeli sebidang tanah di daerah Sringsing (sekarang Lenteng Agung, Srengseng). Setahun kemudian, tepatnya tanggal 18 Mei 1696, daerah Sringsing diperluas 4 pal ke arah selatan yaitu Tanah Depok.

Nama Depok telah ada sebelum tanah tersebut dimilikinya. Jadi, jika ada versi yang menyebutkan nama Depok berasal dari kata D’ VOC, tidaklah benar.

Berbagai sumber menyebut, nama Depok telah ada sejak jaman Hindu. Literatur lain mengatakan Depok berasal dari kata Padepokan, karena dulunya wilayah ini dijadikan tempat menuntut atau memperdalam ilmu.

Di Depok inilah kemudian Cornelis bermukim hingga akhir hayat bersama para pekerjanya. Dalam perjalanan sejarah berikutnya, Cornelis Chastelein menyampaikan testamen kepada 12 pekerjanya.

Pada 18 Mei 1696, dalam maklumat tertulisnya, Cornelis menjanjikan tanah kepada seluruh pekerjanya dan membebaskan dari perbudakan, apabila bersedia memeluk agama yang dianutnya. Tapi, testamen pertamanya itu masih belum lengkap, sehingga pada 4 Juli 1696 dilakukan revisi penyempurnaan.

Sejarah mencatat, tahun 1704 VOC kembali meminta Cornelis untuk kembali bekerja. Dia diberi posisi Road Extra Ordinaris dengan gaji 200 gulden. Entah karena apa, tidak lama kemudian, Chastelein kembali mengundurkan diri.

Sesudah itu, hari-harinya dihabiskan dengan menulis buku mengenai renungan dan catatan daerah jajahan dengan judul Invallende Gedachlen ende Aanmerkengen Over Kolonien.

Pada tanggal 17 Juli 1708 untuk ketiga kalinya dia menyempurnakan testamennya. Sementara surat wasiat keempat tertanggal 21 Maret 1711 dianggapnya tak berlaku, sehingga dirobeknya.

Testamen kelima dibuatnya di hadapan notaris Nick van Haeften di Batavia 13 Maret 1714. Isinya merupakan penyempurnaan dari wasiat sebelumnya, sekaligus mempertegas pembatalan testamen sebelumnya.

Di usia ke 57, tepatnya 29 Juni 1714 Cornelis Chastelein wafat. Dia meninggalkan surat wasiat untuk para pekerjanya yang tergabung dalam 12 marga, yaitu, Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh.

Isi surat wasiat itu menjelaskan antara lain bahwa harta kekayaan Chastelein berupa tanah, bangunan, alat pertanian, alat kesenian dan lainnya dihibahkan kepada 12 marga yang pernah menjadi pekerjanya. Chastelein juga memberikan wejangan agar proses pembagian warisannya dilakukan secara adil dan bijaksana.

Duka yang menyelimuti keluarga Chastelein seolah-olah datang beruntun. Tak lama setelah kematiannya, putra Chastelein, Anthony, wafat pada 1715. Anthony belum sempat melaksanakan amanah ayahnya, merampungkan proses balik nama milik mendiang Cornelis Chastelein atas nama Kaoem Depok.

Sumber www.monitordepok.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Woro-woro...
share ilmu, komentar, dan opini kamu
above line....

Kondisi Indonesia sekarang